Terima kasih telah berkunjung

Didalam kepalaku ada seorang gadis berumur 14 tahun menggunakan kimono, dengan rambutnya yang masih setengah basah kemudian ia datang mendekat sembari mengeringkan rambutnya itu dengan pengering rambut seraya bertanya,

“Bagaimana kemarin kak?” Tanya gadis manis itu.

“Biasa saja, entah harus senang atau sedih, aku rasa aku sedikit panik kemarin.” Jawabku sembari sedikit bingung.

“Jika kakak ingin cerita, kakak bisa mencetitakanya padaku” kata gadis itu sembari meyakinkan aku dengan senyumanya.

“Baiklah, aku mungkin akan cetitakan semua padamu, tapi mungkin nanti.” cetusku.

Saat itu aku merasa sangat canggung, begitupun ia. Aku dapat melihat wajahnya yang memerah dan mata canggungnya itu dengan cukup jelas. Kami terdiam beberapa detik, namun spontan ia datang mendekat dan mencium pipiku. Aku diam saja dan tidak tahu harus berkata apa, malam itu memang cukup hangat, kemudian ia memberikan pelukanya padaku yang sedang bertelanjang dada sembari berkata,

“sulit ya kak menjadi orang yang sabar, kakak sudah sejauh ini saja sudah bagus kak, jangan gampang menyerah ya kak.” Katanya menyemangatiku.

Aku sedikit tersenyum dan masih sedikit kebingungan pula dibuatnya. Walau kedua mataku masih tetap menatap tembok yang angkuh itu dengan tatapan dingin, namun kali ini aku sedikit berlega hati.

Akhirnya malam itu aku bercerita sedikit padanya dan tidak ku sangka ia cukup mengerti apa yang sedang menjadi kebimbanganku. Aku tidak berharap banyak pada gadis itu untuk dapat memberikan solusi, namun aku bisa merasakan bahwa ia memang mendengarkan kegundahan hati ini.
Aku merasa ia seolah adalah adik prempuan yang khawatir pada kakak lelakinya yang keras kepala ini.

Malam itu, aku mematik rokok ku dan membuka sedikit beranda kamar namun ia kembali mematikanya lagi seperti biasanya. Ia tidak suka aku merokok.
Gadis manis Itu selalu bilang merokok sangat membahayakan kesehatan. Untuknya ya baiklah kali ini aku tidak akan merokok, setidaknya di hadapanya.

Tidak terasa waktu menunjukan pukul 3 pagi, aku yang mengeluh dan ia yang mendengarkan. Namun aku tahu ia saat ini cukup lelah, kemudian ia tertidur dipangkuanku dengan lelapnya. Aku yang tidak tega membangunkanya kemudian terbaring juga di pagi yang masih terlalu pagi itu.
Ia tertidur pulas dipangkuanku sedangkan aku tertidur menyender pada tembok kamar yang dingin.

Aku pikir gadis itu sama lelahnya denganku, namun ia tetap memiliki waktunya untuk dapat mendengarkan ceritaku yang sangat tidak penting. Dalam setengah tersadar menuju tidurku yang dipaksa obat-obatan aku merasa sangat bersyukur untuk kali ini ia ada disini di dalam kepalaku untuk mendengar.

Terima kasih telah datang, tolonglah aku lagi lain kali. Jangan pergi begitu saja, mengertilah sedikit.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑